Selasa, 13 September 2011

10 Ciri Instansi Pemerintah Korup …

Penilaian bersih atau kotornya sebuah instansi tentunya harus dilakukan melalui sebuah pemeriksaan/penyidikan oleh instansi penegak hukum.
Tapi itu tentunya membutuhkan waktu yang lama dan sudah menjadi pengetahuan umum bahwa masyarakat Indonesia suka dengan sesuatu yang instan dan tergesa-gesa. Oleh karena itu saya akan memberikan tips 10 cara cepat dan mudah mengenal bersih atau tidaknya  sebuah instansi dari praktek pungli, kolusi, korupsi dan nepostisme.
Berikut uraiannya.
10 INDIKASI INSTANSI BERSIH/KORUP:
1. Kebiasaan makan para pegawainya
Instansi yang bersih:
Jika makan di warung makan para karyawan akan membayar sendiri-sendiri makanan mereka. Jarang ada acara makan-makan.
Instansi yang korup:
Ada kebiasaan saling traktir antar pegawai. Sering ada acara makan-makan. Uang mudah keluar mudah.
2. Pegawai honorer
Instansi yang bersih:
Biasanya hanya mempekerjakan tenaga honorer di bidang kebersihan dan keamanan saja. Itupun biasanya merupakan tenaga outsourcing.
Instansi yang korup:
Banyak mempekerjakan honorer. Para pegawai honorer ini terdapat di semua seksi yang ada di kantor. Pegawai asli malah lebih banyak menganggur.  Pegawai honorer umumnya adalah kerabat dari pegawai dengan harapan kelak akan diangkat sebagai pegawai tetap.
3. Keberadaan orang asing
Instansi yang bersih:
Tidak pernah ada orang-orang asing yang bercokol di kantor ataupun di sekitar kantor.
Instansi yang korup:
Biasanya sering dihuni oleh orang-orang asing/bukan pegawai. Mereka setiap hari bercokol di dalam atau di sekitar kantor tersebut. Biasanya mereka menjadi calo atau makelar penghubung antara orang kantor dengan warga yang membutuhkan layanan.
4. Sikap bawahan terhadap atasan
Instansi yang bersih:
Sikap hormat bawahan terhadap atasan sewajarnya. Begitu juga atasan terhadap bawahan tidak akan terlalu menuntut. Tugas atasan terhadap bawahan akan dianggap sebagai beban. Tidak ada pamrih atau harapan tertentu. Tercipta suasana egaliter.
Instansi yang korup:
Sikap hormat bawahan terhadap atasan berlebihan dan cenderung menjilat. Bawahan disuruh atasan malah senang dan bangga. Merasa jadi orang penting. Ada pamrih mendapatkan sesuatu. Entah jabatan atau materi. Atasan cenderung sangat berkuasa dalam mengatur kantor tanpa ada yang berani melakukan kritik atau protes.
5. Ada Seksi favorit
Instansi yang bersih:
Tidak ada satu bagian kantor yang menjadi favorit dan diincar banyak orang. Semuanya sama saja. Yang membedakan hanya pekerjaannya.
Instansi yang korup:
Ada seksi tertentu yang menjadi incaran banyak orang. Mereka menyebutnya dengan istilah seksi “basah” dan seksi “kering”.  Seksi ini menjadi sumber dana bagi semua kegiatan foya-foya kantornya.
6. Target
Instansi yang bersih:
Para pegawainya sangat menyukai target dan pekerjaan yang memerlukan biaya rendah untuk menghindari resiko kesalahan dan beban pekerjaan yang berat.
Instansi yang korup:
Para pegawai mengharapkan target pekerjaan yang tinggi dan berbiaya besar. Karena semakin besar biaya yang terlibat semakin besar peluang korupsinya.
7. Auditor atau Pemeriksa
Instansi yang bersih:
Biasa-biasa saja didatangi tim auditor/pemeriksa baik dari internal maupun eksternal. Temuan dari tim pemeriksa akan direspon sesuai dengan saran pemeriksa. Instansi yang bersih biasanya juga jarang sekali kedatangan tim auditor/pemeriksa. Umumnya pemeriksa yang bersih enggan mengaudit kembali karena jarang menemukan koreksi atau bagi tim auditor yang “nakal” merasa tidak memperoleh “sesuatu”.  Instansi yang bersih umumnya berani “nyuekin” tim auditor/pemeriksa.
Instansi yang korup:
Ketakutan menghadapi pemeriksa. Saran dan temuan Pemeriksa akan dihadapi dengan berusaha membayar/menyuap tim auditor agar menutupi atau membelokkan temuan tim auditor/pemeriksa.  Tim auditor suka banget mendatangi intansi model begini. Bahkan cenderung menjadi langganan. Karena dengan mudah mereka akan mendapat banyak temuan. Dan bagi tim auditor yang “nakal” mereka akan mudah memperoleh “sesuatu” dalam jumlah besar. Di sini tim auditor akan dilayani bagaikan raja.
8. Wartawan
Instansi yang bersih:
Instansi yang bersih akan menghadapi wartawan dengan sewajarnya. Tidak menutup-nutupi keadaan di kantor. Akibatnya sebuah instansi yang bersih jarang didatangi wartawan. Utamanya wartawan yang “nakal” karena tidak pernah mendapatkan “sesuatu”. Wartawan yang datang biasanya memang serius akan meliput suatu berita atau mencari data yang valid.
Instansi yang korup:
Ketakutan didatangi wartawan. Mereka sebisa mungkin menghindari bertemu wartawan dan menolak wawancara. Instansi seperti ini sering menjadi incaran wartawan. Umumnya adalah wartawan “nakal” yang mengharapkan “sesuatu”.
9. Parsel dan makanan
Instansi yang bersih:
Tidak ada parsel atau makanan kecil yang berlimpah di kantor. Umumnya klien kantor tersebut sudah percaya bahwa ada atau tidak adanya pemberian mereka akan dilayani dengan standar pelayanan yang sama. Jika ada parsel biasanya nilainya kecil dan berasal dari uang kebersamaan di mana pegawai yang berkedudukan lebih tinggi akan dipotong uang kebersamaan lebih besar tetapi parsel yang diterima sama. Intinya ada pengorbanan yang lebih besar dari pegawai yang berpenghasilan lebih besar. Tercipta rasa keadilan.
Instansi yang korup:
Banyak parsel berseliweran di kantor atau rumah pegawainya. Di dalam ruangan kantor juga tersedia makanan kecil yang berlimpah. Ini karena umumnya klien ketakutan pelayanan akan terhambat jika tidak ada pemberian. Terjadi anomali bawahan justru memberikan parsel kepada atasan layaknya upeti. Biasanya nilai parsel signifikan. Asal muasal dana untuk pengadaan parsel tidak jelas.
10. Hubungan antar pegawai.
Instansi yang bersih:
Hubungan antar pegawai harmonis karena tidak ada perasaan sebagai karyawan elit atau karyawan berpenghasilan lebih tinggi. Tidak ada pegawai yang berfungsi sebagai bos. Sangat jarang terjadi perselingkuhan antar pegawai.
Instansi yang korup:
Sering terjadi hubungan yang panas antar pegawai akibat rasa iri dan dengki antar mereka. Penyebabnya adalah adanya perbedaan penghasilan antar pegawai yang berpangkat sama. Selalu ada pegawai yang bersikap dan berfungsi layaknya bos dan tukang traktir karena banyak mendapat penghasilan ilegal. Banyak terjadi perselingkuhan antar pegawai. Uang panas akan membuat pemiliknya suka bermain api.
Itu adalah 10 tips yang dengan kasat mata bisa dilihat oleh orang dalam maupun luar untuk menilai kondisi suatu instansi. Sebenarnya ada juga ciri lain yang lebih spesifik. Tetapi ini umumnya hanya dapat dilihat oleh orang-orang yang terlibat. Seperti mark up harga barang di kuitansi seperti pernah diungkapkan oleh salah seorang perempuan yang berprofesi sebagai Pegawai Negeri Sipil yang mengaku pernah melakukannya di sebuah media.
Tetapi saya pikir cukup dengan 10 tips itu saja Anda akan dengan mudah menilai bahwa sebuah instansi itu bersih dari praktek KKN atau tidak. Cukup salah satunya terdapat di sebuah instansi, maka Anda sudah boleh meragukan integritas instansi yang bersangkutan.
Tetap kecenderungan yang ada adalah apabila satu indikasi ada, maka indikasi-indikasi yang lain akan mengikutinya.
Wallahu ‘alam bishawab …

Jumat, 09 September 2011

Meningkatkan Pemahaman Siswa Tentang Konsep Mean Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Intuitif Manipulatif di Kelas IX SMP


Matematika sebagai wahana pendidikan mempunyai tujuan mencerdaskan siswa, membentuk kepribadian siswa, serta mengembangkan keterampilan tertentu sehingga dapat mengarahkan siswa pada pembelajaran nilai-nilai dalam kehidupan melalui matematika. Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa beberapa lembaga pendidikan (sekolah) belum menjadi sarana pendidikan yang menyenangkan dan memberikan pengetahuan yang bermakna bagi peserta didik. Saat ini, beberapa sekolah lebih menekankan pada tuntasnya materi dari pada kebermaknaan materi tersebut. Sekolah lebih menekankan pada tuntasnya materi karena menyesuaikan dengan kurikulum.   
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, pemerintah telah melakukan beberapa upaya, seperti meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan guru dengan program sertifikasi guru, meningkatkan sarana dan prasarana sekolah dengan bantuan operasional sekolah (BOS), dan meningkatkan kualitas pembelajaran dengan penyempurnaan kurikulum dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) menjadi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Melalui sertifikasi guru, pemerintah juga menuntut guru mempunyai kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi professional. Dengan demikian guru dituntut agar tidak selalu mengajar dengan pendekatan konvensional, artinya guru dalam mengajar matematika memerlukan pendekatan yang dapat melibatkan siswa berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar matematika. Alternatif pendekatan yaitu dengan pendekatan intuitif manipulatif.
 Kata intuitif menurut kamus bahasa Indonesia berasal dari kata intuisi. Intuisi adalah suatu sarana untuk mengetahui secara langsung berdasarkan pengalaman seseorang yang kebenarannya bersifat relatif. Untuk membantu siswa memahami materi yang abstrak atau mengenalkan konsep yang baru diperlukan suatu pendekatan manipulatif, yaitu pendekatan yang menggunakan bahan manipulatif sebagai media pembelajaran. Dengan bahan manipulatif, siswa dapat merepresentasikan secara konkret dari sesuatu yang abstrak atau konsep yang baru. Dengan demikian pendekatan intuitif manipuatif merupakan pendekatan yang menggunakan intuisi dan bahan manipulatif untuk mencari suatu kebenaran dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran ini peneliti bermaksud ingin mengarahkan siswa mengkonstruk pemahamannya bahwa mean dapat dikatakan sebagai titik setimbang.
Konsep mean merupakan bagian terpenting dalam statistik, akan tetapi menurut penelitian, siswa mengalami kesulitan dalam memahami rumus dan menghafal simbol mean. Pada saat pembelajaran siswa sering menjawab ragu-ragu karena takut, dan siswa jika ditanya satu persatu sering gemetar tetapi jika bersama-sama tidak demikian. Dari hasil wawancara dengan guru SMP  minat belajar dan keaktifan siswa belum optimal, kemampuan siswa dalam memahami konsep kurang dari  50%, dalam pembelajaran guru menggunakan metode ekspositori dan belum pernah menggunakan pendekatan intuitif manipulatif.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan intuitif manipulatif yang dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep mean. Subyek dari penelitian adalah siswa kelas IX SMP. Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan penelitian tindakan kelas.
Pembelajaran mean dengan pendekatan intuitif manipulatif terbukti dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep mean dengan langkah pembelajaran yaitu, persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada tahap persiapan, siswa diberikan tes awal untuk mengetahui kemampuan prasyarat yang harus dimiliki siswa dalam belajar konsep mean. Hasil tes awal menunjukkan bahwa siswa belum memahami materi prasyarat yang harus dimiliki siswa. Pada tahap pelaksanaan terdiri dari tiga tahap yaitu tahap awal, tahap inti dan tahap akhir. Pada tahap awal peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa, memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi prasyarat dan meminta siswa membentuk kelompok sesuai kelompok yang sudah ditentukan. Pada tahap inti kelompok diminta mengerjakan LKS dengan langkah 1) menentukan titik setimbang, 2) menentukan jarak posisi benda terhadap titik setimbang, 3) menentukan syarat kesetimbangan dan menemukan rumus mean, 4) memaknai mean sebagai titik setimbang, (5) menghitung mean setelah dimodifikasi. Tahap inti diakhiri dengan peresentasi dari perwakilan kelas. Pada tahap akhir peneliti bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. Pada tahap evaluasi, peneliti memberikan tes akhir untuk mengukur pemahaman siswa terhadap konsep mean.
Pemahaman siswa terhadap konsep mean meningkat, terbukti dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa meningkat 7.7 %. Pada siklus I, hanya 3 kelompok dari 7 kelompok yang dapat menemukan rumus mean dan 1 kelompok dari 7 kelompok yang dapat menghitung mean setelah dimodifikasi. Pada siklus II semua kelompok dapat menemukan rumus mean dan 6 kelompok yang dapat menghitung mean setelah dimodifikasi. Hasil tes akhir siswa yaitu 79,4 lebih dari standar ketuntasan minimal (SKM) yaitu 65.
Respon siswa terhadap pembelajaran mean dengan pendekatan intuitif manipulatif berdasarkan rekap angket umpan balik siswa menunjukkan respon yang positif, baik pada aspek sikap, aspek kemenarikan, dan aspek kemudahan pembelajaran. Skor rata-rata angket umpan balik siswa pada aspek sikap, kemenarikan, dan kemudahan berturut-turut  4.01 (masuk pada kategori setuju), 2.69 (masuk pada kategori menarik), dan 2.95 (masuk pada kategori mudah).
Berdasarkan hasil penelitian ini, maka guru matemátika khususnya guru SMP Negeri disarankan melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan intuitif manipulatif sebagai pembelajaran alternatif pada materi mean dan guru memantapkan pengetahuan prasyarat siswa sebelum materi mean dipelajari. 

PEMBELAJARAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DENGAN OPEN ENDED APPROACH SEBAGAI UPAYA MEMBANGUN KARAKTER BANGSA

1.    Latar Belakang
Pada era reformasi saat ini banyak permasalahan bangsa yang tidak terselesaikan, seperti meningkatnya angka kemiskinan dan pengangguran, kasus money laundry bank century, kasus mafia hukum, kasus mafia pajak, dan tragedi berdarah ahmadiyah. Permasalahan ini disebabkan kurangnya sifat jujur dan kreativitas dari stake holder pemangku tanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan bangsa. M. Nuh (2010) mengatakan bahwa jujur merupakan inti dari sekian banyak karakter yang dapat membangun bangsa. Menumbuhkan sifat  jujur dan kreatif tentu tidaklah mudah. Sifat jujur dan kreatif ini perlu di tanamkan mulai dari pendidikan usia dini, taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan atas, dan perguruan tinggi sehingga output dari pendidikan usia dini sampai perguruan tinggi menghasilkan output yang kreatif dan jujur dalam  menyelesaikan suatu permasalahan.
            Salah satu cara menumbuhkan sifat jujur dan kreatif pada jenjang sekolah menengah atas khususnya bidang studi matematika, yaitu dengan menerapkan pembelajaran sistem persamaan linear dengan open ended approach. Pembelajaran dengan Open ended approach memberikan kesempatan pada siswa untuk menyelesaikan permasalahan dengan lebih dari satu metode penyelesaian atau jawaban benar. Dengan demikian siswa dilatih menyelesaikan suatu permasalahan keseharian dengan banyak cara. Sehingga siswa akan lebih kreatif dalam menyelesaikan permasalahan yang harapannya akan menjadi generasi yang dapat menyelsaikan permasalahan bangsa.  

2.    Open Ended Approach
Open ended approach merupakan pendekatan pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan yang memiliki metode penyelesaian atau selesaian yang  lebih dari satu (Shimada & Becker, 1997:1).  Jadi Open ended approach memberi kesempatan yang luas kepada siswa untuk mendapatkan pengetahuan, pengalaman merumuskan, mengenali, dan memecahkan masalah dengan menggunakan lebih dari satu metode.
Setiap pendekatan pembelajaran matematika mempunyai kebihan dan kelemahan. Kelebihan dan kelemahan pendekatan open-ended sebagai berikut:
1)    Kelebihan open-ended
Kelebihan open-ended menurut Suherman (dalam baidawi, 2007) adalah: (1) siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan ide-ide mereka, (2) Siswa mempunyai kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan matematika siswa secara menyeluruh, (3) siswa yang berkemampuan rendah dapat menyelesaikan permasalahannya dengan cara mereka sendiri, (4) Siswa termotivasi secara interinsik untuk memberikan pembuktian, (5) Memberikan kepada siswa untuk memperoleh pengalaman dalam upaya menemukan cara-cara yang efektif dalam menyelesaikan masalah berdasarkan gagasan dari siswa yang lain.
2)    Kelemahan Open-ended
Kelemahan open-ended menurut Suherman (2003:133) yaitu: (1) Membuat dan menyiapkan masalah matematika yang bermakna bagi siswa bukanlah hal yang mudah, (2) Beberapa siswa yang pandai mengalami kecemasan dengan jawaban mereka, (3) Siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah dengan cara tertentu, cendrung merasa tidak puas miskipun dapat menyelesaikan dengan cara yang lain.
Miskipun pendekatan open-ended mempunyai beberapa kelemahan, namun kelemahan tersebut masih dapat diatasi. Cara mengatasi kelemahan tersebut misalnya, dalam membuat dan menyiapkan masalah yang bermakna bagi siswa, guru terlebih dahulu mendaftar semua respon yang diinginkan, setelah itu baru membuat masalah yang bermakna. untuk mengatasi kecemasan yang dialami siswa yang pandai yaitu sebelum dilaksanakan pembelajaran dengan pendekatan open-ended siswa terlebih dahulu diberi informasi terlebih dahulu diberi informasi bahwa jawaban yang diajukan dalam permasalahan yang diajukan dapat bermacam-macam tergantung dari sudut mana siswa memandangnya dan dari bermacam-macam jawaban tersebut mungkin semuanya benar.
Tujuan pembelajaran open-ended menurut Nokda (dalam Sri Hariyani, 2001: 15) ialah untuk mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematis siswa melalui problem solving secara simultan. Dengan kata lain kegiatan kreatif dan pola pikir  matematis siswa harus dikembangkan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan setiap siswa. Hal yang dapat digaris bawahi adalah perlunya memberikan kesempatan pada siswa untuk berpikir dengan bebas sesuai dengan minat dan kemampuannya. Aktivitas kelas yang penuh dengan ide matematika ini pada gilirannya akan memacu kemampuan berpikir tinkat tinggi siswa.
3)    Langkah-langkah pembelajaran matematika dengan open ended approach
Menurut Sullivan (dalam Binti Maqsudah, 2003: 23) langkah-langkah menyusun pertanyaan open-ended dapat dilakukan secara terbalik (work back words) yaitu: (a) Mengidentifikasi topik, (b) memikirkan pertanyaan dan menuliskan jawaban terlebih dahulu, dan (c) membuat pertanyaan open-ended berdasarkan jawaban tersebut.
Menurut sawada (dalam Becker dan Shimada, 1997: 12-13) menyatakan bahwa pendekatan open-ended di bagi kedalam dua periode. Periode pertama adalah kerja individual dan kerja kelompok sedangkan periode kedua adalah penyajian laporan kelompok dan membuat kesimpulan.
Pada periode pertama, siswa secara individu diberikan lembar kerja. Siswa berusaha menyelesaikan lembar kerja yang memuat masalah open-ended secara individual. Sesuai waktu yang ditetapkan, hasil kerja siswa dikumpulkan. Selanjutnya siswa membentuk kelompok dan diberikan lembar kerja yang sama untuk di bahas dalam kelompok. Dengan mengerjakan lembar kerja secara individu terlebih dahulu, maka saat diskusi kelompok siswa sudah mempunyai ide untuk didiskusikan. Setelah waktu yang ditetapkan selesai, kelompok mengumpulkan hasil kerjanya.
Pada periode kedua, guru memanggil kelompok terpilih untuk menyajikan hasil kerja di depan kelas dan mendiskusikannya dengan kelompok lain. Pada tahap ini akan terjadi Tanya jawab antara kelompok lain dengan penyaji. Setelah penyajian hasil kerja semua kelompok selesai, dilanjutkan dengan kegiatan membuat kesimpulan hasil pembelajaran.
Langkah-langkah pembelajaran dalam penelitian ini akan mengikuti tahapan tersebut di atas. Beberapa modifikasi akan dilakukan terutama dalam pengaturan waktu dan giliran penyajian laporan hasil diskusi kelompok. Dalam penelitian ini dimungkinkan tidak semua kelompok mendapatkan kesempatan menyajikan laporan.
      
3.    Pembelajaran Persamaan Linear dengan Open Ended Approach
Persamaan linear adalah kalimat terbuka yang memuat tanda sama dengan dan bernilai benar. Terbuka artinya persamaan memuat variabel yang mewakili sesuatu dan bernilai benar artinya jika kalimat tesrsebut dirangkai maka menghasilkan kalimat yang benar. Contoh persamaan linear dua varibel,
Misalkan  = 1 dan  maka  sehingga kalimat tersebut merupakan kalimat yang benar. Sedangkan sistem persamaan linear adalah persamaan linear yang lebih dari satu. Contoh,
 
             Pembelajaran persamaan linear dengan pendekatan open ended mungkinkan siswa menyelesaikan sistem persamaan linear dengan menggunakan metode substitusi,  eliminasi, campuran substitusi dan eliminasi, grafik, dan matriks sebagai beriku:
1)    Dengan metode substitusi
diketahui
Perhatikan
Substitusi (3) ke (2)
Substitusi (4) ke (3)
Jadi himpunan selesaiannya

2)    Dengan metode eliminasi
…. (1)
 
…. (3)
Jadi himpunan selesaiannya
3)    Dengan metode grafik
…. (1)
Persamaan (1)
…. (1)
Jika garis memotong sumbu y maka x = 0 dan jika memotong sumbu x maka y = 0
x
0
1
2
6
y
3
2
0

Persamaan 2
Jika garis memotong sumbu y maka x = 0 dan jika memotong  sumbu x maka y = 0
x
0
1
2
y
4
2
0
           
Grafiknya sebagai berikut:





4)    Dengan metode campuran substitusi dan eliminasi (latihan)
5)    Dengan metode matriks
Bentuk matriks dari sistem persamaan linear di atas sebagai berikut:
Dengan menggunakan metode matriks di peroleh:
 b2 – 3b1
 b2
  b1 – 2b2
 
jadi himpunan selesaiannya
Permasalahan di atas merupakan permasalahan yang sederhana. Permasalahan sistem persamaan linear dapat diperluas sampai n persamaan seperti berikut:
 
 
Selesaian dari sistem persamaan linear ada yang mempunyai  selesaian tunggal, tak hingga  selesaian, dan tidak punya selesaian. Untuk lebih jelasnya perhatikan grafik berkut:















Tak hingga selesaian


Tidak punya selesaian


Selesaian tunggal
 

            Jika kita kaitkan dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat melihat bahwa permasalahan yang kita hadapi memiliki selesaian tunggal contohnya kita dalam menggantungkan hanya pada Tuhan Yang Maha Esa, tidak memiliki selesaian contohnya jika kita sudah sampai pada ajal kita maka kita tidak dapat diobati oleh siapapun, kita akan meninggalkan dunia ini, takhingga banyak selesaian contohnya jika kita tidak memilik uang maka kita dapat bekerja menjadi kuli, menjadi pengusaha, tenaga pengajar, dan sebagainya.  

4.    Alternatif langkah-langkah pembelajaran karakter
1)    Pendahuluan
Berdasarkan Standar Proses, pada kegiatan pendahuluan, guru:
a.    menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran;
b.    mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
c.    menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; dan
d.    menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.
Contoh alternatif :
(1)  Guru datang tepat waktu (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin)
(2)  Guru mengucapkan salam dengan ramah kepada siswa ketika memasuki ruang kelas (contoh nilai yang ditanamkan: santun, peduli)
(3)  Berdoa sebelum membuka pelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: religius)
(4)  Mengecek kehadiran siswa (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin, rajin)
(5)  Mendoakan siswa yang tidak hadir karena sakit atau karena halangan lainnya (contoh nilai yang ditanamkan: religius, peduli)
(6)  Memastikan bahwa setiap siswa datang tepat waktu (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin)
(7)  Menegur siswa yang terlambat dengan sopan (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin, santun, peduli) Mengaitkan materi/kompetensi yang akan dipelajari dengan karakter
(8)  Dengan merujuk pada silabus, RPP, dan bahan ajar, menyampaikan butir karakter yang hendak dikembangkan selain yang terkait dengan SK/KD
2)    Kegiatan inti
Sesuai permen 41 tahun 2007 Pembelajatan melalui 3 tahapan yakni :
a.    Eksplorasi (peserta didik difasilitasi untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan dan mengembangkan sikap melalui kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa)
(1)  Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, berfikir logis, kreatif, kerjasama)
(2)  Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, kerja keras)
(3)  Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya (contoh nilai yang ditanamkan: kerjasama, saling menghargai, peduli lingkungan)
(4)  Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran(contoh nilai yang ditanamkan: rasa percaya diri, mandiri)
(5)  Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, kerjasama, kerja keras)
b.    Elaborasi (peserta didik diberi peluang untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan serta sikap lebih lanjut melalui sumber-sumber dan kegiatan-kegiatan pembelajaran lainnya sehingga pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik lebih luas dan dalam.)
(1)  Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugastugas tertentu yang bermakna (contoh nilai yang ditanamkan: cinta ilmu, kreatif, logis)
(2)  Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis, saling menghargai, santun)
(3)  Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis)
(4)  Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif (contoh nilai yang ditanamkan: kerjasama, saling menghargai, tanggung jawab)
(5)  Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, disiplin, kerja keras, menghargai)
(6)  Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, bertanggung jawab, percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
(7)  Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
(8)  Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
(9)  Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
c.    Konfirmasi (peserta didik memperoleh umpan balik atas kebenaran, kelayakan, atau keberterimaan dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh oleh siswa)
(1)  Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan: saling menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis)
(2)  Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, logis, kritis)
(3)  Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan (contoh nilai yang ditanamkan: memahami kelebihan dan kekurangan)
(4)  Memfasilitasi peserta didik untuk lebih jauh/dalam/luas memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap, antara lain dengan guru:
a)    berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar (contoh nilai yang ditanamkan: peduli, santun);
b)    membantu menyelesaikan masalah (contoh nilai yang ditanamkan: peduli);
c)    memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi (contoh nilai yang ditanamkan: kritis);
d)    memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh (contoh nilai yang ditanamkan: cinta ilmu); dan
e)    memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif (contoh nilai yang ditanamkan: peduli, percaya diri).
3) Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
a.    bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, kerjasama, kritis, logis);
b.    melakukan    penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, mengetahui kelebihan dan kekurangan);
c.    memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran            (contoh nilai yang ditanamkan: saling menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis);
d.    merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik; dan
e.    menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar internalisasi nilai-nilai terjadi dengan
lebih intensif selama tahap penutup.
a.    Selain simpulan yang terkait dengan aspek pengetahuan, agar peserta didik difasilitasi membuat pelajaran moral yang berharga yang dipetik dari pengetahuan/keterampilan dan/atau proses pembelajaran yang telah dilaluinya untuk memperoleh pengetahuan dan/atau keterampilan pada pelajaran tersebut.
b.    Penilaian tidak hanya mengukur pencapaian siswa dalam pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga pada perkembangan karakter mereka.
c.    Umpan balik baik yang terkait dengan produk maupun proses, harus menyangkut baik kompetensi maupun karakter, dan dimulai dengan aspek-aspek positif yang ditunjukkan oleh siswa.
d.    Karya-karya siswa dipajang untuk mengembangkan sikap saling menghargai karya orang lain dan rasa percaya diri.Kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok diberikan dalam rangka tidak hanya terkait dengan pengembangan kemampuan intelektual, tetapi juga kepribadian.
e.    Berdoa pada akhir pelajaran.
Faktor lain yang perlu diperhatikan:
(1)  Guru harus merupakan seorang model dalam karakter. Dari awal hingga akhir pelajaran, tutur kata, sikap, dan perbuatan guru harus merupakan cerminan dari nilainilai karakter yang hendak ditanamkannya.
(2)  Guru harus memberikan reward kepada siswa yang menunjukkan karakter yang dikehendaki dan pemberian punishment kepada mereka yang berperilaku dengan karakter yang tidak dikehendaki. Reward dan punishment yang dimaksud dapat berupa ungkapan verbal dan non verbal, kartu ucapan selamat (misalnya classroom award) atau catatan peringatan, dan sebagainya. Untuk itu guru harus menjadi pengamat yang baik bagi setiap siswanya selama proses pembelajaran.
(3)  Hindari mengolok-olok siswa yang datang terlambat atau menjawab pertanyaan dan/atau berpendapat kurang tepat/relevan. Pada sejumlah sekolah ada kebiasaan diucapkan ungkapan Hoo … oleh siswa secara serempak saat ada teman mereka yang terlambat dan/atau menjawab pertanyaan atau bergagasan kurang berterima. Kebiasaan tersebut harus dijauhi untuk menumbuhkembangkan sikap bertanggung jawab, empati, kritis, kreatif, inovatif, rasa percaya diri, dan sebagainya.
(4)  Guru memberi umpan balik dan/atau penilaian kepada siswa, guru harus mulai dari aspek-aspek positif atau sisi-sisi yang telah kuat/baik pada pendapat, karya, dan/atau sikap siswa.
(5)  Guru menunjukkan kekurangan-kekurangannya dengan ‘hati’.Dengan cara ini sikap-sikap saling menghargai dan menghormati, kritis, kreatif, percaya diri, santun, dan sebagainya akan tumbuh subur. “Tentang Pendidikan”



DAFTAR PUSTAKA

-------------.2010. Pendidikan Karakter Bangsa Pasca Pembatalan UU BHP Apa Solusinya?. Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional 

Baidawi M. 2007. Penerapan Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Open-Ended pada Pokok Bahasan Persamaan Garis Lurus di SMP Negeri 6 Pamekasan. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri M.

Sudrajat A. 2010. Langkah-langkkah pembelajaran karakter. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/

Kolman B. & R. Hill D. 2000. Elementary Linear Algebra. New Jersey: Upper Saddle River.

Darmawan. 2010. Pembelajaran Matematika Untuk Membangun Karakter Bangsa dari Perspektif Pembalajaran Matematika Berbasis Ekonomi. Jawa Barat: Seminar Penyerta Olimpiade Matematika Seleksi Regional Jawa Barat.

Becker, Jerry, P dan Shimada, Shigeru. 1997. The Open ended Approach: A New Proposal For Teaching Mathematics. Virginia. NCTM.

Hariyani, Sri. 2004. Meningkatkan Pemahaman Konsep Sudut dan Peta Mata Angin Siswa Kelas 1 SLTP Negeri 2 Malang Menggunakan pendekatan Open-ended. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Pasca Sarjana UM.

Maqsudah, B. 2003. Pembelajaran dengan Pendekatan Open ended untuk Merningkatkan Pemahaman Siswa tentang Sifat-sifat Grafik Fungsi Kuadrat di Kelas I MAN Malang. Tesis tidak diterbitkan. Malang : Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang.