Matematika sebagai wahana
pendidikan mempunyai tujuan mencerdaskan siswa, membentuk kepribadian siswa,
serta mengembangkan keterampilan tertentu sehingga dapat mengarahkan siswa pada
pembelajaran nilai-nilai dalam kehidupan melalui matematika. Kenyataan
dilapangan menunjukkan bahwa beberapa lembaga pendidikan (sekolah) belum
menjadi sarana pendidikan yang
menyenangkan dan memberikan pengetahuan yang bermakna bagi peserta didik. Saat
ini, beberapa sekolah lebih menekankan pada tuntasnya materi dari pada
kebermaknaan materi tersebut. Sekolah lebih menekankan pada tuntasnya materi karena menyesuaikan dengan
kurikulum.
Untuk meningkatkan kualitas pendidikan,
pemerintah telah melakukan beberapa upaya, seperti meningkatkan kompetensi dan kesejahteraan guru
dengan program sertifikasi guru, meningkatkan sarana dan prasarana sekolah
dengan bantuan operasional sekolah (BOS), dan meningkatkan kualitas
pembelajaran dengan penyempurnaan kurikulum dari kurikulum berbasis kompetensi
(KBK) menjadi kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP). Melalui sertifikasi
guru, pemerintah juga menuntut guru mempunyai kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
professional. Dengan demikian guru dituntut agar tidak selalu mengajar
dengan pendekatan konvensional, artinya guru dalam mengajar matematika memerlukan
pendekatan yang dapat melibatkan siswa berperan aktif dalam kegiatan belajar mengajar
matematika. Alternatif pendekatan yaitu dengan pendekatan intuitif
manipulatif.
Kata intuitif menurut kamus bahasa
Indonesia berasal dari kata intuisi.
Intuisi adalah suatu sarana untuk mengetahui secara langsung berdasarkan
pengalaman seseorang yang kebenarannya bersifat relatif. Untuk membantu siswa
memahami materi yang abstrak atau mengenalkan konsep yang baru diperlukan suatu
pendekatan manipulatif, yaitu pendekatan yang menggunakan bahan manipulatif sebagai
media pembelajaran. Dengan bahan manipulatif, siswa dapat merepresentasikan
secara konkret dari sesuatu yang abstrak atau konsep yang baru. Dengan demikian
pendekatan intuitif manipuatif merupakan pendekatan yang menggunakan intuisi dan bahan manipulatif untuk
mencari suatu kebenaran dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran ini peneliti bermaksud
ingin mengarahkan siswa mengkonstruk pemahamannya bahwa mean dapat dikatakan
sebagai titik setimbang.
Konsep mean merupakan bagian terpenting dalam statistik, akan tetapi menurut penelitian, siswa mengalami kesulitan dalam memahami rumus dan
menghafal simbol mean. Pada saat pembelajaran siswa sering menjawab ragu-ragu
karena takut, dan siswa jika ditanya satu persatu sering gemetar tetapi jika
bersama-sama tidak demikian. Dari hasil wawancara dengan guru SMP minat belajar dan keaktifan siswa belum optimal, kemampuan siswa
dalam memahami konsep kurang dari 50%,
dalam pembelajaran guru menggunakan metode ekspositori dan belum pernah
menggunakan pendekatan intuitif manipulatif.
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran dengan
pendekatan intuitif manipulatif yang dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang
konsep mean. Subyek dari penelitian adalah siswa kelas IX SMP. Pendekatan penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan
rancangan penelitian tindakan kelas.
Pembelajaran mean dengan pendekatan intuitif manipulatif terbukti dapat
meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep mean dengan langkah pembelajaran
yaitu, persiapan, pelaksanaan, dan evaluasi. Pada tahap persiapan, siswa
diberikan tes awal untuk mengetahui kemampuan prasyarat yang harus dimiliki
siswa dalam belajar konsep mean. Hasil tes awal menunjukkan bahwa siswa belum
memahami materi prasyarat yang harus dimiliki siswa. Pada tahap pelaksanaan
terdiri dari tiga tahap yaitu tahap awal, tahap inti dan tahap akhir. Pada
tahap awal peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa,
memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi prasyarat dan meminta
siswa membentuk kelompok sesuai kelompok yang sudah ditentukan. Pada tahap inti
kelompok diminta mengerjakan LKS dengan langkah 1) menentukan titik setimbang,
2) menentukan jarak posisi benda terhadap titik setimbang, 3) menentukan syarat
kesetimbangan dan menemukan rumus mean, 4) memaknai mean sebagai titik
setimbang, (5) menghitung mean setelah dimodifikasi. Tahap inti diakhiri dengan
peresentasi dari perwakilan kelas. Pada tahap akhir peneliti bersama siswa
menyimpulkan hasil pembelajaran. Pada tahap evaluasi, peneliti memberikan tes
akhir untuk mengukur pemahaman siswa terhadap konsep mean.
Pemahaman siswa terhadap konsep mean meningkat, terbukti dari hasil
observasi terhadap aktivitas siswa meningkat 7.7 %. Pada siklus I, hanya 3 kelompok
dari 7 kelompok yang dapat menemukan rumus mean dan 1 kelompok dari 7 kelompok
yang dapat menghitung mean setelah dimodifikasi. Pada siklus II semua kelompok
dapat menemukan rumus mean dan 6 kelompok yang dapat menghitung mean setelah
dimodifikasi. Hasil tes akhir siswa yaitu 79,4 lebih dari standar ketuntasan
minimal (SKM) yaitu 65.
Respon siswa terhadap pembelajaran mean dengan
pendekatan intuitif manipulatif berdasarkan rekap angket umpan balik siswa
menunjukkan respon yang positif, baik pada aspek sikap, aspek kemenarikan, dan
aspek kemudahan pembelajaran. Skor rata-rata angket umpan balik siswa pada
aspek sikap, kemenarikan, dan kemudahan berturut-turut 4.01 (masuk pada kategori setuju), 2.69
(masuk pada kategori menarik), dan 2.95 (masuk pada kategori mudah).
Berdasarkan hasil penelitian
ini, maka guru matemátika khususnya guru SMP Negeri disarankan
melaksanakan pembelajaran dengan pendekatan intuitif manipulatif sebagai pembelajaran
alternatif pada materi mean dan guru memantapkan pengetahuan prasyarat siswa
sebelum materi mean dipelajari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar