Jumat, 09 September 2011

PEMBELAJARAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DENGAN OPEN ENDED APPROACH SEBAGAI UPAYA MEMBANGUN KARAKTER BANGSA

1.    Latar Belakang
Pada era reformasi saat ini banyak permasalahan bangsa yang tidak terselesaikan, seperti meningkatnya angka kemiskinan dan pengangguran, kasus money laundry bank century, kasus mafia hukum, kasus mafia pajak, dan tragedi berdarah ahmadiyah. Permasalahan ini disebabkan kurangnya sifat jujur dan kreativitas dari stake holder pemangku tanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan bangsa. M. Nuh (2010) mengatakan bahwa jujur merupakan inti dari sekian banyak karakter yang dapat membangun bangsa. Menumbuhkan sifat  jujur dan kreatif tentu tidaklah mudah. Sifat jujur dan kreatif ini perlu di tanamkan mulai dari pendidikan usia dini, taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan atas, dan perguruan tinggi sehingga output dari pendidikan usia dini sampai perguruan tinggi menghasilkan output yang kreatif dan jujur dalam  menyelesaikan suatu permasalahan.
            Salah satu cara menumbuhkan sifat jujur dan kreatif pada jenjang sekolah menengah atas khususnya bidang studi matematika, yaitu dengan menerapkan pembelajaran sistem persamaan linear dengan open ended approach. Pembelajaran dengan Open ended approach memberikan kesempatan pada siswa untuk menyelesaikan permasalahan dengan lebih dari satu metode penyelesaian atau jawaban benar. Dengan demikian siswa dilatih menyelesaikan suatu permasalahan keseharian dengan banyak cara. Sehingga siswa akan lebih kreatif dalam menyelesaikan permasalahan yang harapannya akan menjadi generasi yang dapat menyelsaikan permasalahan bangsa.  

2.    Open Ended Approach
Open ended approach merupakan pendekatan pembelajaran yang menyajikan suatu permasalahan yang memiliki metode penyelesaian atau selesaian yang  lebih dari satu (Shimada & Becker, 1997:1).  Jadi Open ended approach memberi kesempatan yang luas kepada siswa untuk mendapatkan pengetahuan, pengalaman merumuskan, mengenali, dan memecahkan masalah dengan menggunakan lebih dari satu metode.
Setiap pendekatan pembelajaran matematika mempunyai kebihan dan kelemahan. Kelebihan dan kelemahan pendekatan open-ended sebagai berikut:
1)    Kelebihan open-ended
Kelebihan open-ended menurut Suherman (dalam baidawi, 2007) adalah: (1) siswa berpartisipasi lebih aktif dalam pembelajaran dan sering mengekspresikan ide-ide mereka, (2) Siswa mempunyai kesempatan lebih banyak dalam memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan matematika siswa secara menyeluruh, (3) siswa yang berkemampuan rendah dapat menyelesaikan permasalahannya dengan cara mereka sendiri, (4) Siswa termotivasi secara interinsik untuk memberikan pembuktian, (5) Memberikan kepada siswa untuk memperoleh pengalaman dalam upaya menemukan cara-cara yang efektif dalam menyelesaikan masalah berdasarkan gagasan dari siswa yang lain.
2)    Kelemahan Open-ended
Kelemahan open-ended menurut Suherman (2003:133) yaitu: (1) Membuat dan menyiapkan masalah matematika yang bermakna bagi siswa bukanlah hal yang mudah, (2) Beberapa siswa yang pandai mengalami kecemasan dengan jawaban mereka, (3) Siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan masalah dengan cara tertentu, cendrung merasa tidak puas miskipun dapat menyelesaikan dengan cara yang lain.
Miskipun pendekatan open-ended mempunyai beberapa kelemahan, namun kelemahan tersebut masih dapat diatasi. Cara mengatasi kelemahan tersebut misalnya, dalam membuat dan menyiapkan masalah yang bermakna bagi siswa, guru terlebih dahulu mendaftar semua respon yang diinginkan, setelah itu baru membuat masalah yang bermakna. untuk mengatasi kecemasan yang dialami siswa yang pandai yaitu sebelum dilaksanakan pembelajaran dengan pendekatan open-ended siswa terlebih dahulu diberi informasi terlebih dahulu diberi informasi bahwa jawaban yang diajukan dalam permasalahan yang diajukan dapat bermacam-macam tergantung dari sudut mana siswa memandangnya dan dari bermacam-macam jawaban tersebut mungkin semuanya benar.
Tujuan pembelajaran open-ended menurut Nokda (dalam Sri Hariyani, 2001: 15) ialah untuk mengembangkan kegiatan kreatif dan pola pikir matematis siswa melalui problem solving secara simultan. Dengan kata lain kegiatan kreatif dan pola pikir  matematis siswa harus dikembangkan semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan setiap siswa. Hal yang dapat digaris bawahi adalah perlunya memberikan kesempatan pada siswa untuk berpikir dengan bebas sesuai dengan minat dan kemampuannya. Aktivitas kelas yang penuh dengan ide matematika ini pada gilirannya akan memacu kemampuan berpikir tinkat tinggi siswa.
3)    Langkah-langkah pembelajaran matematika dengan open ended approach
Menurut Sullivan (dalam Binti Maqsudah, 2003: 23) langkah-langkah menyusun pertanyaan open-ended dapat dilakukan secara terbalik (work back words) yaitu: (a) Mengidentifikasi topik, (b) memikirkan pertanyaan dan menuliskan jawaban terlebih dahulu, dan (c) membuat pertanyaan open-ended berdasarkan jawaban tersebut.
Menurut sawada (dalam Becker dan Shimada, 1997: 12-13) menyatakan bahwa pendekatan open-ended di bagi kedalam dua periode. Periode pertama adalah kerja individual dan kerja kelompok sedangkan periode kedua adalah penyajian laporan kelompok dan membuat kesimpulan.
Pada periode pertama, siswa secara individu diberikan lembar kerja. Siswa berusaha menyelesaikan lembar kerja yang memuat masalah open-ended secara individual. Sesuai waktu yang ditetapkan, hasil kerja siswa dikumpulkan. Selanjutnya siswa membentuk kelompok dan diberikan lembar kerja yang sama untuk di bahas dalam kelompok. Dengan mengerjakan lembar kerja secara individu terlebih dahulu, maka saat diskusi kelompok siswa sudah mempunyai ide untuk didiskusikan. Setelah waktu yang ditetapkan selesai, kelompok mengumpulkan hasil kerjanya.
Pada periode kedua, guru memanggil kelompok terpilih untuk menyajikan hasil kerja di depan kelas dan mendiskusikannya dengan kelompok lain. Pada tahap ini akan terjadi Tanya jawab antara kelompok lain dengan penyaji. Setelah penyajian hasil kerja semua kelompok selesai, dilanjutkan dengan kegiatan membuat kesimpulan hasil pembelajaran.
Langkah-langkah pembelajaran dalam penelitian ini akan mengikuti tahapan tersebut di atas. Beberapa modifikasi akan dilakukan terutama dalam pengaturan waktu dan giliran penyajian laporan hasil diskusi kelompok. Dalam penelitian ini dimungkinkan tidak semua kelompok mendapatkan kesempatan menyajikan laporan.
      
3.    Pembelajaran Persamaan Linear dengan Open Ended Approach
Persamaan linear adalah kalimat terbuka yang memuat tanda sama dengan dan bernilai benar. Terbuka artinya persamaan memuat variabel yang mewakili sesuatu dan bernilai benar artinya jika kalimat tesrsebut dirangkai maka menghasilkan kalimat yang benar. Contoh persamaan linear dua varibel,
Misalkan  = 1 dan  maka  sehingga kalimat tersebut merupakan kalimat yang benar. Sedangkan sistem persamaan linear adalah persamaan linear yang lebih dari satu. Contoh,
 
             Pembelajaran persamaan linear dengan pendekatan open ended mungkinkan siswa menyelesaikan sistem persamaan linear dengan menggunakan metode substitusi,  eliminasi, campuran substitusi dan eliminasi, grafik, dan matriks sebagai beriku:
1)    Dengan metode substitusi
diketahui
Perhatikan
Substitusi (3) ke (2)
Substitusi (4) ke (3)
Jadi himpunan selesaiannya

2)    Dengan metode eliminasi
…. (1)
 
…. (3)
Jadi himpunan selesaiannya
3)    Dengan metode grafik
…. (1)
Persamaan (1)
…. (1)
Jika garis memotong sumbu y maka x = 0 dan jika memotong sumbu x maka y = 0
x
0
1
2
6
y
3
2
0

Persamaan 2
Jika garis memotong sumbu y maka x = 0 dan jika memotong  sumbu x maka y = 0
x
0
1
2
y
4
2
0
           
Grafiknya sebagai berikut:





4)    Dengan metode campuran substitusi dan eliminasi (latihan)
5)    Dengan metode matriks
Bentuk matriks dari sistem persamaan linear di atas sebagai berikut:
Dengan menggunakan metode matriks di peroleh:
 b2 – 3b1
 b2
  b1 – 2b2
 
jadi himpunan selesaiannya
Permasalahan di atas merupakan permasalahan yang sederhana. Permasalahan sistem persamaan linear dapat diperluas sampai n persamaan seperti berikut:
 
 
Selesaian dari sistem persamaan linear ada yang mempunyai  selesaian tunggal, tak hingga  selesaian, dan tidak punya selesaian. Untuk lebih jelasnya perhatikan grafik berkut:















Tak hingga selesaian


Tidak punya selesaian


Selesaian tunggal
 

            Jika kita kaitkan dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari, kita dapat melihat bahwa permasalahan yang kita hadapi memiliki selesaian tunggal contohnya kita dalam menggantungkan hanya pada Tuhan Yang Maha Esa, tidak memiliki selesaian contohnya jika kita sudah sampai pada ajal kita maka kita tidak dapat diobati oleh siapapun, kita akan meninggalkan dunia ini, takhingga banyak selesaian contohnya jika kita tidak memilik uang maka kita dapat bekerja menjadi kuli, menjadi pengusaha, tenaga pengajar, dan sebagainya.  

4.    Alternatif langkah-langkah pembelajaran karakter
1)    Pendahuluan
Berdasarkan Standar Proses, pada kegiatan pendahuluan, guru:
a.    menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran;
b.    mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
c.    menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai; dan
d.    menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus.
Contoh alternatif :
(1)  Guru datang tepat waktu (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin)
(2)  Guru mengucapkan salam dengan ramah kepada siswa ketika memasuki ruang kelas (contoh nilai yang ditanamkan: santun, peduli)
(3)  Berdoa sebelum membuka pelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: religius)
(4)  Mengecek kehadiran siswa (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin, rajin)
(5)  Mendoakan siswa yang tidak hadir karena sakit atau karena halangan lainnya (contoh nilai yang ditanamkan: religius, peduli)
(6)  Memastikan bahwa setiap siswa datang tepat waktu (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin)
(7)  Menegur siswa yang terlambat dengan sopan (contoh nilai yang ditanamkan: disiplin, santun, peduli) Mengaitkan materi/kompetensi yang akan dipelajari dengan karakter
(8)  Dengan merujuk pada silabus, RPP, dan bahan ajar, menyampaikan butir karakter yang hendak dikembangkan selain yang terkait dengan SK/KD
2)    Kegiatan inti
Sesuai permen 41 tahun 2007 Pembelajatan melalui 3 tahapan yakni :
a.    Eksplorasi (peserta didik difasilitasi untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan dan mengembangkan sikap melalui kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa)
(1)  Melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, berfikir logis, kreatif, kerjasama)
(2)  Menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, kerja keras)
(3)  Memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya (contoh nilai yang ditanamkan: kerjasama, saling menghargai, peduli lingkungan)
(4)  Melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran(contoh nilai yang ditanamkan: rasa percaya diri, mandiri)
(5)  Memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, atau lapangan (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, kerjasama, kerja keras)
b.    Elaborasi (peserta didik diberi peluang untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan serta sikap lebih lanjut melalui sumber-sumber dan kegiatan-kegiatan pembelajaran lainnya sehingga pengetahuan, keterampilan, dan sikap peserta didik lebih luas dan dalam.)
(1)  Membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugastugas tertentu yang bermakna (contoh nilai yang ditanamkan: cinta ilmu, kreatif, logis)
(2)  Memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis, saling menghargai, santun)
(3)  Memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut (contoh nilai yang ditanamkan: kreatif, percaya diri, kritis)
(4)  Memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif (contoh nilai yang ditanamkan: kerjasama, saling menghargai, tanggung jawab)
(5)  Memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, disiplin, kerja keras, menghargai)
(6)  Memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, bertanggung jawab, percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
(7)  Memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
(8)  Memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
(9)  Memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, saling menghargai, mandiri, kerjasama)
c.    Konfirmasi (peserta didik memperoleh umpan balik atas kebenaran, kelayakan, atau keberterimaan dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang diperoleh oleh siswa)
(1)  Memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik (contoh nilai yang ditanamkan: saling menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis)
(2)  Memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber (contoh nilai yang ditanamkan: percaya diri, logis, kritis)
(3)  Memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan (contoh nilai yang ditanamkan: memahami kelebihan dan kekurangan)
(4)  Memfasilitasi peserta didik untuk lebih jauh/dalam/luas memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap, antara lain dengan guru:
a)    berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar (contoh nilai yang ditanamkan: peduli, santun);
b)    membantu menyelesaikan masalah (contoh nilai yang ditanamkan: peduli);
c)    memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan pengecekan hasil eksplorasi (contoh nilai yang ditanamkan: kritis);
d)    memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh (contoh nilai yang ditanamkan: cinta ilmu); dan
e)    memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau belum berpartisipasi aktif (contoh nilai yang ditanamkan: peduli, percaya diri).
3) Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru:
a.    bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran (contoh nilai yang ditanamkan: mandiri, kerjasama, kritis, logis);
b.    melakukan    penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram (contoh nilai yang ditanamkan: jujur, mengetahui kelebihan dan kekurangan);
c.    memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran            (contoh nilai yang ditanamkan: saling menghargai, percaya diri, santun, kritis, logis);
d.    merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik; dan
e.    menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar internalisasi nilai-nilai terjadi dengan
lebih intensif selama tahap penutup.
a.    Selain simpulan yang terkait dengan aspek pengetahuan, agar peserta didik difasilitasi membuat pelajaran moral yang berharga yang dipetik dari pengetahuan/keterampilan dan/atau proses pembelajaran yang telah dilaluinya untuk memperoleh pengetahuan dan/atau keterampilan pada pelajaran tersebut.
b.    Penilaian tidak hanya mengukur pencapaian siswa dalam pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga pada perkembangan karakter mereka.
c.    Umpan balik baik yang terkait dengan produk maupun proses, harus menyangkut baik kompetensi maupun karakter, dan dimulai dengan aspek-aspek positif yang ditunjukkan oleh siswa.
d.    Karya-karya siswa dipajang untuk mengembangkan sikap saling menghargai karya orang lain dan rasa percaya diri.Kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok diberikan dalam rangka tidak hanya terkait dengan pengembangan kemampuan intelektual, tetapi juga kepribadian.
e.    Berdoa pada akhir pelajaran.
Faktor lain yang perlu diperhatikan:
(1)  Guru harus merupakan seorang model dalam karakter. Dari awal hingga akhir pelajaran, tutur kata, sikap, dan perbuatan guru harus merupakan cerminan dari nilainilai karakter yang hendak ditanamkannya.
(2)  Guru harus memberikan reward kepada siswa yang menunjukkan karakter yang dikehendaki dan pemberian punishment kepada mereka yang berperilaku dengan karakter yang tidak dikehendaki. Reward dan punishment yang dimaksud dapat berupa ungkapan verbal dan non verbal, kartu ucapan selamat (misalnya classroom award) atau catatan peringatan, dan sebagainya. Untuk itu guru harus menjadi pengamat yang baik bagi setiap siswanya selama proses pembelajaran.
(3)  Hindari mengolok-olok siswa yang datang terlambat atau menjawab pertanyaan dan/atau berpendapat kurang tepat/relevan. Pada sejumlah sekolah ada kebiasaan diucapkan ungkapan Hoo … oleh siswa secara serempak saat ada teman mereka yang terlambat dan/atau menjawab pertanyaan atau bergagasan kurang berterima. Kebiasaan tersebut harus dijauhi untuk menumbuhkembangkan sikap bertanggung jawab, empati, kritis, kreatif, inovatif, rasa percaya diri, dan sebagainya.
(4)  Guru memberi umpan balik dan/atau penilaian kepada siswa, guru harus mulai dari aspek-aspek positif atau sisi-sisi yang telah kuat/baik pada pendapat, karya, dan/atau sikap siswa.
(5)  Guru menunjukkan kekurangan-kekurangannya dengan ‘hati’.Dengan cara ini sikap-sikap saling menghargai dan menghormati, kritis, kreatif, percaya diri, santun, dan sebagainya akan tumbuh subur. “Tentang Pendidikan”



DAFTAR PUSTAKA

-------------.2010. Pendidikan Karakter Bangsa Pasca Pembatalan UU BHP Apa Solusinya?. Jakarta: Direktorat Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan Nasional 

Baidawi M. 2007. Penerapan Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Open-Ended pada Pokok Bahasan Persamaan Garis Lurus di SMP Negeri 6 Pamekasan. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Universitas Negeri M.

Sudrajat A. 2010. Langkah-langkkah pembelajaran karakter. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/

Kolman B. & R. Hill D. 2000. Elementary Linear Algebra. New Jersey: Upper Saddle River.

Darmawan. 2010. Pembelajaran Matematika Untuk Membangun Karakter Bangsa dari Perspektif Pembalajaran Matematika Berbasis Ekonomi. Jawa Barat: Seminar Penyerta Olimpiade Matematika Seleksi Regional Jawa Barat.

Becker, Jerry, P dan Shimada, Shigeru. 1997. The Open ended Approach: A New Proposal For Teaching Mathematics. Virginia. NCTM.

Hariyani, Sri. 2004. Meningkatkan Pemahaman Konsep Sudut dan Peta Mata Angin Siswa Kelas 1 SLTP Negeri 2 Malang Menggunakan pendekatan Open-ended. Tesis tidak diterbitkan. Malang: Pasca Sarjana UM.

Maqsudah, B. 2003. Pembelajaran dengan Pendekatan Open ended untuk Merningkatkan Pemahaman Siswa tentang Sifat-sifat Grafik Fungsi Kuadrat di Kelas I MAN Malang. Tesis tidak diterbitkan. Malang : Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar